“Kamu ada Facebook/Friendster/Jaringan Sosial Lainnya?’ atau “Add aku dong!”.
Seperti itulah kira-kira pertanyaan dan permintaan yang sering dilontarkan. Percaya atau tidak, karena sangat ngetrendnya Facebook/Friendster/Jaringan Sosial Lainnya hingga yang biasanya jarang menggunakan internet, bisa menjadi berinternet ria. Atau yang semula gaptek (gagap teknologi) internet menjadi ingin belajar internet karena sangat ingin bergabung dengan situs ini, bahkan orang-orang yang belum punya Facebook/Friendster/Jaringan Sosial Lainnya bisa dicap "tidak gaul/ketinggalan zaman".
Facebook/Friendster/Jaringan Sosial Lainnya bisa digunakan untuk memperluas jejaring dengan semua orang di seluruh dunia dan berguna juga untuk semakin mempererat dan menjalin kembali hubungan yang mungkin hampir pudar baik dengan keluarga, rekan, sahabat dll. Sampai-sampai kita bisa bertemu kembali dengan teman-teman semasa di SD, SMP, SMU, dan seterusnya.
Facebook/Friendster/Jaringan Sosial Lainnya tidak hanya digunakan oleh individu, tetapi bisa juga oleh lembaga, group, bahkan sebuah institusi. Facebook/Friendster/Jaringan Sosial Lainnya tentu BUKAN situs yang TERLARANG (meskipun sudah ada sebagian kelompok masyarakat yang mulai melarang penggunaannya). Karena substansinya ia hanyalah sebuah fasilitas, jadi baik atau buruk fungsinya sangat tergantung pada "bagaimana kita menggunakannya?"
Bila kita bergabung karena ingin menjalin silaturahim baik dengan keluarga, saudara, sahabat, rekan atau untuk sekedar menambah kenalan tentu tidak masalah. Namun hal tersebut dapat menjadi masalah bilamana ternyata digunakan untuk menonjolkan kelebihan identitas diri, pamer ketampanan/kecantikan di picture (sombong), sarana untuk bermaksiat, sarana untuk berselingkuh (bagi yang sudah menikah), penyebaran faham yang menyimpang, dan sebagai transaksi asusila, perbuatan immoral atau bahkan kriminalitas serta lain sebagainya. Hal demikianlah yang mesti kita luruskan, baik dengan niat dan caranya.
Banyak kalangan telah masuk dan bergabung dengan situs ini, termasuk kalangan yang mengaku sebagai aktivis dakwah (penyampai kebaikan) yang juga tidak mau ketinggalan untuk memanfaatkannya sebagai ajang silaturahim dan sarana untuk berbagi kebaikan dan nasehat dengan sesama.
Perkembangan teknologi memang sudah seharusnya digunakan untuk memperluas basis dan sebaran dakwah (penyampaian nilai kebaikan).
Sahabat semua, berhati-hatilah terhadap pujian dan kesombongan (Narchisme), karena semua hal itu akan dapat membutakan iman, mensirnakan kebaikan dan melenakan diri dalam buaian kehampaan yang hanya akan berujung kepada perbuatan dan membawa diri kepada keburukan (dosa). Karena sesungguhnya hanyalah Allah yang layak untuk menyandang jubah kesombongan dan tempat bermuaranya segala pujian kebaikan serta puncak kekuasaan.
Rasulullah SAW bersabda, “Taburkanlah pasir ke wajah orang yang suka memuji-muji”.
Mintalah fatwa pada hatimu, tentu engkau akam merasakan kegelisahan karena mengoleksi pujian dan memelihara kesombongan dalam diri. Cukuplah amal-amal itu tersiar di kalangan penduduk langit saja, itulah yang harus dilakukan dari sisi si penerima pujian dan pemangku amanah kelebihan nikmat yang dipinjamkan.
Sedangkan dari sisi si pemberi pujian. Alkisah riwayat, ada seorang yang tengah memuji-muji sahabat/kawannya di hadapan Rasulullah SAW, lalu beliau berkata kepadanya, “Waspadalah kamu, sesungguhnya kamu telah memenggal lehernya, sesungguhnya kamu telah memenggal lehernya (diucapkan berulang-ulang)”. (HR.Ahmad)
Mengapa dikatakan "memenggal leher"? Karena hakekatnya, pujian itu bisa melenakan si penerima. Bila tak kuat iman, pujian bisa membuatnya ujub (bangga diri), riya (ingin dipuji), sum’ah (ingin kebaikannya tersiar), sehingga hapuslah pahala-pahalanya. Bayangkan, saudara kita ataupun diri kita sendiri yang semula tinggal sejengkal lagi jaraknya untuk memasuki pintu surga, menjadi terhempas kembali ke neraka akibat ujub, riya, dan sum’ahnya muncul ke permukaan. Dan itu disebabkan pujian yang melenakan dan kesombongan yang membutakan.
Gunakanlah Facebook/Friendster/Jaringan Sosial Lainnya dengan hal-hal yang bermanfaat, niscaya manfaat pula yang akan kita dapat dari padanya.