Rabu, 07 Oktober 2009

GENDING SRIWIJAYA MERAMBAH OTTAWA


GENDING SRIWIJAYA Merambah Ottawa pada acara perkawinan adat Palembang (Komering Ulu). Seandainya adat perkawinan seperti ini terjadi di Indonesia atau di Palembang bukanlah hal yang istimewa, tetapi hal ini dilaksanakan jauh beribu kilometer dari leluhur pasangan bapak Chairuddin Fikri atau Pak Dino dengan ibu Nelly yang aslinya berasal dari Kabupaten OKU dusun Adumanis kecamatan Cempaka.

Banyak hal yang menarik dan unik dari pesta hajatan putri tunggal mereka yang bernama lengkap Natasya Khairani dengan seorang bule muslim turunan Prancis yang bernama Daniel Damphousse yang telah berwarga negara Canada yang dilaksanakan pada tanggal 11 Januari 2009 bertepatan puncaknya musim winter di Ottawa. Pak Dino sendiri adalah pegawai lokal staf Kedutaan Besar RI di Canada yang berkantor di Ottawa dan telah mengabdikan dirinya lebih dari 30 tahun.

Beruntunglah beliau yang pada kesempatan hajatan pernikahan putri tunggalnya ini mendapat dukungan penuh dari bapak duta besar RI untuk Canada, Djoko Hardono yang secara langsung membantu sarana dan prasarana yang dibutuhkan, mulai penggunaan aula KBRI beserta alat alat seni, panggung hias dan tidak lupa mengerahkan ibu ibu Dharma Wanita beserta keluarga, dan masyarakat yang dikoordinir oleh Kepala bidang penerangan, Ibu Nancy Kusbayanti yang juga alumni Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya, Palembang Pihak kedutaan RI juga memanfaatkan hajatan unik ini untuk ajang promosi budaya, dengan mengenalkan adat perkawinan Palembang (komering Ulu) dengan tema Mangku Anak Mangku Menantu.

Acara hajatan ini secara tidak langsung turut membantu pemerintah Sumatera Selatan mempromosikan wisata Visit Musi Palembang. Walaupun kegiatan promosi ini sama sekali tidak melibatkan pemerintah daerah Sumatera Selatan, khususnya bidang Kebudayaan dan Wisata, namun ini merupakan salah satu sumbangsih wong kito dirantau yang mau mempromosikan daerah asalnya yang tercinta jauh di belahan bumi Amerika Utara.

Para undangan atau tamu yang turut hadir dalam hajatan adat perkawinan Palembang ini tidak hanya lingkungan masyarakat Indonesia di Ottawa dan sekitarnya, tetapi masyarakat asli Canada dan beberapa pejabat dari kementerian luar negeri Canada, kedutaan besar negara tetangga seperti India, Brunai Darussalam, Malaysia, Thailand dan Philipina yang menjadi tamu kehormatan pada hajatan anak tunggal bapak Dino ini.

Apalagi mantu beliau ini adalah seorang mualaf keturunan Prancis yang banyak membawa teman teman dan krabatnya dari Canada dan negara asalnya. Dalam rangka mendukung kegiatan ini, panitia penyelenggara tidak hanya memanfaatkan masyarakat yang asli Sumatera Selatan, akan tetapi juga masyarakat Indonesia lainnya, dan juga bule canada termasuk dalam memakai pakaian adat palembang bagi panitia antara lain pemain pencak silat, penerima tamu, dan tentunya tari tarian asli palembang.

Setelah para tamu dan undangan berdatangan, rombongan penganting wanita siap menunggu rombongan besan dari pihak laki laki. Setelah sambutan singkat dan ucapan selamat datang dari bapak Duta Besar RI untuk Canada, tidak lama berselang rombongan besan memasuki ruangan Caraka Nusantara diiringi terbangan menuju gerbang sambil mengucap salam, mereka mohon ijin masuk.

Setelah dibalas salam dari keluarga wanita, maka mulailah terjadi dialog dalam bentuk pantun berbahasa palembang, salah satunya berbunyi: Sungai musi banyunyo tenang, banyak budak mancing ikan toman, bagaimana hati kando dak senang, calon mantu kando, bule beriman.apa tolong. Setiap selesai pantun para penonton turut tertawa karena isinya yang kocak dan banyak kalimat yang berbahasa melayu.

Setelah pantun gayung bersambut selesai dilanjutkan permainan pencak silat. Setelah itu pengalungan bunga oleh calon mempelai peria ke mempelai wanita dan diikuti rombongan besan yang membawa hantaran menyerahkan ke pihak mempelai wanita. Setelah kedua mempelai bersanding, didampingi oleh kedua orang tua dari kedua mempelai dan juga dayang dayang kecil, acara tarian dimulai dengan tari Gending Sriwijaya yang dibawakan 5 orang gadis manis yang dua diantaranya asli dari palembang.

Tarian ini sangat memukau penonton karena sebagian besar mereka baru pertama kali melihat keindahan tari ini. Gerakan tari yang luwes diiringi lagu gending sriwijaya membuat mereka benar benar terhanyut dalam suasana yang penuh hikmat sampai akhir tarian.

Pengantin wanita juga turut hanyut dalam tarian ini dengan berdiri diatas tampah sambil mengikuti gerakan para penari gending ini. Bidikan kamera hampir tidak pernah berhenti mengiringi tarian ini. Sedangkan tarian lainnya yang juga tak kalah menarik adalah tari cindai atau payung yang juga asli sumatera, yang mengisahkan kecerian anak anak remaja bermain payung.

Dalam acara ini juga penonton dapat menyaksikan acara cacapan atau suap suapan oleh kedua orang tua dan juga para sesepuh lainnya , juga ada acara sungkem yang agak mirif adat pengantin jawa. Setelah acara demi acara dinikmati, para penonton dan undangan juga dapat menikmati makanan khas palembang yang tidak lain mpek mpek, tekwan. Sate padang dan lain lain, disamping makanan pokoknya.

Foto bersama juga tidak ketinggalan dilakukan terutama untuk keluarga dan tamu tamu kehormatan dari negara asing yang telah puas dan antusias menyaksikan adat asli perkawinan palembang, sehingga sebagian besar penonton dan undangan masih belum bubar walaupun acara telah selesai. Beberapa wartawan lokal Ottawa juga terlihat disini, dimana mereka mencari info makna dari pakaian dan juga pantun bersambut serta tari tarian.

Secara umum adab perkawinan Palembang ini tidaklah selengkap acara yang dilakukan para leluhur atau saudara kita di palembang, namun hal ini cukup mewakili tradisi yang terus dijaga yang telah berusia ratusan tahun. Kendala yang terbesar dalam hajatan ini adalah bertepatan dengan musim winter yang super dingin diluar, sehingga seluruh atraksi seperti pencak silat, pantun gayung bersambut semua terpusat diruangan yang terbatas, sedangkan akat nikah kedua mempelai dilaksanakan di mesjid besar Ottawa.

(dikutip dari: www.okukab.go.id)