Ingatkah dirimu akan suatu masa, dimana sekujur tubuhmu dingin dan tiada berdaya.
Nafasmu tersendat dan tak lama kemudian terhenti dengan sendirinya.
Matamu tertutup rapat bahkan mungkin terbuka lebar, menerawang luas hingga bak ketakutan yang luar biasa.
Mulut dan lidahmu yang lantang berteriak, pada masa itu akan hening dan membisu, tiada bisa bersuara barang sepatah katapun.
Jemari, tangan dan kakimu yang kuat dan bertenaga, pada masa itu akan lemah dan terkulai.
Irama jantungmu yang sentiasa berdetak dengan beraturan, pada masa itu takkan terdengar sedikitpun hentakannya.
Telingamu yang dulu mendengar setiap bisikan dan merdunya suara, pada masa itu akan sunyi dan senyap. Hanya akan ada suara-suara penyesalan dari setiap raga tubuhmu, yang selalu dan selalu terngiang hingga menusuk sukmamu.
Dimasa itulah,
Allah tengah memastikan janjiNya akan hari akhirmu.
Allah tengah memperlihatkan kebesaran dan kekuasaanNya atas dirimu.
Allah tengah memperlihatkan kebenaran akan firman-firmanNya.
Allah tengah akan menunjukkan betapa pedih siksaNya bagi orang-orang yang telah ingkar kepadaNya.
Allah tengah akan menunjukkan betapa luas nikmatNya bagi orang-orang yang sentiasa taat kepadaNya.
Dan dimasa itu pula, adalah awal dari pertanggung jawaban atas nikmat yang telah Allah berikan.
Lalu dimanakah dirimu berada nanti? Siapa yang akan sudi berkasihan dan peduli terhadapmu?
Yang akan setia menemani hanyalah amal baik dan burukmu.
Jikalah amalan baik yang menemanimu, maka akan senang dan gembiralah hatimu.
Namun jikalah amalan buruk yang menemanimu, maka itulah awal kesengsaraan dirimu.
"Ya Allah, selamatkanlah kami untuk dapat melewati masa itu dengan ampunan dan keridhaanMu."
Inilah nasehat untuk semua, tak terkecuali jua untuk diri hamba. (CB: Apriansyach Taufik) 25/08/2009 ; 04:50 WIB.