My Old Paper

MESKI HANYA SECARIK KERTAS KUSAM YANG TAK BERMAKNA

by Apriansyach Taufik on Friday, October 29, 2010 at 9:06pm
Tak peduli apa anggapan mereka, biarpun kertas ini tampaklah kusam, tak utuh karena termakan oleh rayap, dan hanya berisikan catatan-catatan yang mungkin tak bermakna dihadapanmu. Namun itu semua cukup bagiku, cukup untuk buatku bahagia, cukup untuk membuatkun tersenyum lepas, meski tak satupun yang terengguh ketika memandangnya, meskipun kilaunya pucat dan tak berwarna, tapi bagiku binar yang terpancar dari setiap goresan-goresan yang tertulis pada lembarnya telah menenangkan hatiku, membawaku ke dunia yang mungkin tak pernah kau kau bayangkan, terasa damai hingga penghujung waktu yang tersisa.
Apalah artinya sebuah lembaran emas yang berbingkaikan permata, bilamana syair yang tersimpan di dalamnya hanya bertuliskan makna-makna kesombongan, keangkuhan, sifat ria akan pujian dari sesama hamba, dan bukan mengharapkan penilaian dan Yang Maha Agung.
Sehingga cukuplah bagiku menjadi secarik kertas kusam, meski keberadaannya tak terhiraukan, bahkan mungkin terabaikan, tapi bagi diri yang memanglah seorang hamba hina dan penuh kehilafan, menjadi seorang yang tak berlaku secara berlebih, menjalankan apapun dengan semestinya dan mencoba tuk selalu bersyukur atas apa yang dimiliki, serta menikmati apa yang dipunya dengan sederhana adalah sebuah tujuan yang ku yakini.

Siratan harmoni yang kurasa dalam secarik kertas kusam kehidupanku takkan pernah bisa kau temukan, jika memang cara pandangmu telah berbeda sejak awalnya.
Seuntai pengharapanku, tak hanya sebatas pada senyum seorang hamba, namun jauh lebih dari itu, Senyum Sang Pemilik Hiduplah yang menjadi keutamaan bagiku.

Karena dengan secarik kertas kusam, kurangkaikan catatan-catatan sederhana bak puisi yang tak bermajas, bak syair lagu yang tak berirama.
Di dalam kelam yang kau anggap, maka disanalah kuberdiri tegap, dengan lantang kuberteriak, bebas bercerita dan menggungkapkan seluruh perasaanku, walau hanya dengan kesederhanaan dan kaidah yang ku fahami.
Di dalam kerendahan yang kau anggap, maka disanalah ku bergelut dengan waktu, menuai masa-masa indah bagiku, dan mendengarkan sejuta makna yang tersirat dalam setiap anugrah yang hadir menyapaku.
Di dalam kehinaan yang kau anggap, maka disanalah ku berbagi cinta dengan ketulusan, melewatkan waktu dengan segenggam bahagia yang terberi dari orang-orang yang terkasih disekitarku.

(Heuf!)
Biarlah, semua akan berlalu seiring dengan waktu, untuk apa menghabiskan masa yang tersisa dengan percuma, hanya untuk memikirkan anggapan orang terhadap apa yang kita yakini.

Inilah duniaku! sebuah anugrah yang terindah bagiku, meski hanya secarik kertas kusam yang tak bermakna, namun tak cukup seribu kata tuk mengkiaskannya padamu.

Apriansyach Taufik
Depok, 29 Oktober 2010 Pukul 18:17 WIB