Depok, 16 Mei 2011 pukul 11:28 WIB. Dipenghujung pagi menjelang siang, sejenak kumerenungi arti sebuah persahabatan.
"Seorang sahabat, tidak memiliki kepentingan lain darimu, kecuali membantumu menjadi pribadi yang berbahagia dengan pilihan-pilihan baikmu. Dia merayakan keberhasilanmu, dan mengingatkanmu tentang keindahan jiwamu saat engkau berkecil hati."
Begitulah sepenggal nasehat dari seorang Mario Teguh. Benar sekali, jika kita bicara tentang sahabat, maka yang terlintas pada diri kita bahwa seorang sahabat itu adalah orang yang tidak memiliki kepentingan lain terhadap diri kita, kecuali membantu kita untuk menjadi pribadi yang berbahagia dengan pilihan-pilihan baik kita, yang merayakan keberhasilan kita, dan mengingatkan kita tentang keindahan jiwa yang kita miliki disaat kita tengah berkecil hati atau dalam sebuah kesulitan, yang ada disaat kita suka maupun duka, yang mengerti setiap suasana hati kita, yang tak kenal lelah dalam memberikan nasehat ataupun bantuan dikala kita membutuhkan sebuah sandaran. Masih banyak sekali definisi sahabat lainnya, karena mungkin setiap orang akan mendefinisikan arti seorang sahabat baginya dengan kalimat yang berbeda namun dalam maksud yang sama.
Akan tetapi kita sering lupa bahkan mungkin melupakannya, bahwa definisi yang kita utarakan tersebut terkadang hanya berlaku bagi sahabat-sahabat kita, lalu apakah kita sendiri sudah menjadi seorang sahabat sesuai dengan definisi yang kita utarakan? Seringkali kita hanya menuntut sebuah pengertian dari sahabat kita, namun melupakan bahwa kita juga berkewajiban untuk mengerti akan dirinya. Seringkali kita hanya menuntut untuk dikasihi oleh sahabat kita, namun melupakan bahwa kita juga berkewajiban untuk mengasihinya.
Sebagian dari kita mungkin hanya memandang sebuah kebaikan itu hanya pada sisi kita, hanya dari presepsi kita, hanya dari sisi kebahagiaan kita, atau hanya dari sisi kesedihan yang melanda kita. Karena kekhilafan tersebut, lantas kita melupakan sisi lain dari sahabat kita. Apakah kita menyadari hal itu? jawabannya ada pada diri kita masing-masing.
Sungguh setiap orang pasti memiliki kekurangan, begitu juga sahabat kita. Maka sebagai seorang sahabat yang baik, kita berkewajiban untuk menjadi pelengkap ataupun pelurus dari kekurangan yang dimiliki oleh sahabat kita, begitu juga sebaliknya. Karena sungguh Allah tidak semerta-merta mentakdirkan sebuah hubungan persahabatan.
Berdoalah untuk diberikan seorang sahabat sejati, namun awalilah doamu itu dengan menjadikan dirimu sebagai seorang sahabat sejati bagi sahabat-sahabatmu.
Terkadang kita butuh kesendirian, saat dimana kita menginginkan sebuah ketenangan untuk dapat menata hati kita, menyesali kesalahan dan kekhilafan yang telah kita perbuat, meluruskan kembali niat kita, memperkokoh jiwa kita, memohon pada-Nya agar diberi petunjuk ke jalan yang lurus, jalan dimana orang-orang yang dikasihi Ilahi. Namun ada kalanya pula kita butuh seorang sahabat untuk kita berbagi, sahabat yang tulus untuk mengingatkan dan menguatkan kita.
Sedikit berbagi sebuah firman Allah dan pesan-pesan Rasul tentang Sahabat:
- "Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya menta'ati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran." (QS. Al 'Ashr 103:1-3)
- “Apabila seorang itu cinta kepada sahabatnya harus tahu tentang keadaannya” (HR. Tirmidzi)
- “Barang siapa yang menjaga harta kewibawaan saudaranya dengan tidak sepengetahuan orang yang dijaganya, maka orang itu lebih berhak dihadapan Allah untuk dibebaskan daripada api neraka” (HR. Imam Ahmad)
- “Janganlah kamu membiarkan orang yang memukul orang lain dengan zalim. Sesungguhnya laknat Allah akan turun terhadap orang yang menyaksikan perbuatan itu, dengan tidak berusaha mencegahnya” (HR. Ath-Thabrani).
- "Sesungguhnya memelihara kenangan hubungan baik termasuk sebagian dari iman” (HR. Imam Ahmad).
Sebagai renungan, ada sepenggal kalimat tentang sebuah persahabatan :
"Mempunyai seorang sahabat sejati lebih berharga dari seribu teman yang hanya mementingkan diri sendiri, seribu teman yang hanya ingin dimerti, seribu teman yang hanya ingin dikasihi, seribu teman yang tak tahu diri. Di dalam masa kejayaan maka teman-teman akan mengenal kita, dan di dalam masa kesengsaraan maka kita akan mengenal siapa teman-teman kita."
(Written by: Apriansyach Taufik)
Baca notes lainnya: http://www.facebook.com/taufik.apriansyach?sk=notes